Perbedaan Antara NU dan Muhammadiyah

Seperti yang kita ketahui bersama, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah adalah dua organisasi Islam terbesar di Indonesia. Kedua ormas Islam ini memiliki jutaan pengikut yang tersebar ke seluruh penjuru Indonesia, bahkan sampai mancanegara.

Baik NU maupun Muhammadiyah keduanya memiliki pengaruh yang besar dalam perjalanan Indonesia. Dua organisasi Islam ini ikut terlibat dalam melawan penjajah demi memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia.

Dua organisasi ini pula telah melahirkan tokoh-tokoh bangsa yang ikut andil dalam segala persiapan-persiapan kemerdekaan Indonesia. Bahkan, tokoh-tokoh yang berjasa ini mendapat gelar Pahlawan Nasional dari pemerintah.

Meski begitu, ada beberapa perbedaan antara NU dan Muhammadiyah. Oleh karena itu, kali ini akan coba mengupas tuntas perbedaan NU dan Muhammadiyah!

  1. Tahun berdirinya

NU dan Muhammadiyah adalah organisasi terbesar Islam yang ada di Indonesia. NU atau Nahdlatul Ulama dikenal sebagai organisasi Islam yang toleransi terhadap adat dan istiadat Indonesia, sementara Muhammadiyah dikenal dengan perjuangannya di bidang pendidikan.

Nahdlatul Ulama berdiri pada 31 Januari 1926 di Surabaya. Organisasi ini memiliki tujuan yang lebih luas sehingga masyarakat lebih mudah memahaminya. Sementara Muhammadiyah telah berdiri lebih dulu pada 18 November 1912 di Yogyakarta. Dilihat dari jarak waktunya, NU dan Muhammadiyah memiliki 14 tahun perbedaan ketika didirikan.

  1. Latar belakang berdirinya organisasi
Baca juga :  7 Makanan Khas Dari Bogor

Berdirinya NU sebagai organisasi Islam dibentuk oleh sekelompok ulama Ahlusunnah wal Jamaah di kediaman KH Abduh Wahab Chasbullah di Kertopaten, Surabaya, Jawa Timur. Pada saat proses diskusi, KH Mas Alwi Abdul Aziz mengusulkan mengenai nama organisasi, yakni Nahdlatul Ulama. Nama ini diusulkan karena kata nahdlatul dianggap sebagai kebangkitan yang dibuat sejak berabad-abad lalu.

Di sisi lain, Muhammadiyah adalah persyarikatan yang merupakan Gerakan Islam. Gerakan yang dimaksud di sini adalah mengenai dakwah Islam dan Amar Ma’ruf Nahi Munkar yang ditujukan kepada dua bidang, perseorangan dan masyarakat.

Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman, Yogyakarta oleh Muhammad Darwis atau dikenal dengan KH Ahmad Dahlan. Lahirnya Muhammadiyah didorong oleh adanya interaksi antara KH Ahmad Dahlan dengan teman-teman dari organisasi Budi Utomo. Hal ini pula yang membuat anggota organisasi menggagas agar kegiatan pendidikan yang dilakukan KH Ahmad Dahlan diurus oleh organisasi.

  1. Tata Cara Beribadah

NU (Nahdlatul Ulama):

  1. Membaca Qunut dalam Shalat Subuh.
  2. Membaca Sholawat/puji-pujian setelah Adzan.
  3. Melaksanakan Tarawih sebanyak 20 Rakaat.
  4. Niat Shalat dengan membaca Ushalli.
  5. Niat Puasa dan Wudlu dengan membaca nawaitu sauma ghadin dengan jahr, dan niat
Baca juga :  5 Langkah Menggapai Kebebasan Finansial yang Didambakan Para Karyawan

berwudlu dengan nawaitu Wudu’a lirafil hadats.

  1. Praktik Tahlilan, Dibaiyah, Barjanzi, dan Selamatan (kenduren).
  2. Dzikir setelah shalat dengan suara nyaring.
  3. Adzan Subuh dengan lafad Ashalatu khair minan naum.
  4. Adzan Jum’at dilakukan 2 kali.
  5. Menyebut Nabi dengan kata Sayyidina Muhammad.
  6. Shalat Id dilakukan di masjid.
  7. Menggunakan Madzhab Empat dalam Fikih (Syafii, Maliki, Hambali, dan Hanafi).

Muhammadiyah:

  1. Tidak membaca Qunut dalam Shalat Subuh.
  2. Tidak membaca puji-pujian/Sholawat.
  3. Melaksanakan Tarawih sebanyak 8 Rakaat.
  4. Niat Shalat tidak membaca Ushalli.
  5. Niat Puasa dan Wudlu tanpa dijahr-kan.
  6. Tidak diperbolehkan Tahlilan, Dibaiyah, Barjanzi, dan Selamatan (kenduren).
  7. Dzikir setelah shalat dengan suara pelan.
  8. Adzan Subuh tanpa Ashalatu khairu minan Naum.
  9. Adzan Jum’at dilakukan 1 kali.
  10. Tidak menggunakan kata Sayyidina.
  11. Shalat Id dilakukan di lapangan.
  12. Tidak terikat pada Madzhab dalam Fikih.

Perbedaan dalam praktik ibadah, tata cara berdoa, dan pandangan terhadap tradisi keagamaan antara NU dan Muhammadiyah menciptakan keragaman yang memperkaya dan memperluas landasan spiritualitas di Tanah Air. Walaupun berbeda dalam beberapa aspek, keberadaan kedua ormas Islam ini tetap menjadi pilar penting dalam kehidupan keagamaan di Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.