Berdiri dengan nama Raja Garuda Mas, Royal Golden Eagle (RGE) telah memiliki keterkaitan erat dengan para petani. Sejak awal, mereka sudah bermitra bersama petani. Kemitraan tersebut bertujuan untuk sama-sama berkembang.
Kerja sama para petani tidak terhindarkan lagi bagi RGE. Sejak lahir dengan nama Raja Garuda Mas, mereka konsisten bergerak di bidang pemanfaatan sumber daya alam. Industri yang ditekuni ini sering beririsan dengan petani dalam segala hal.
Sebagai contoh adalah dua industri yang ditekuni sejak masih bernama Raja Garuda Mas sampai sekarang, yakni pulp dan kertas serta kelapa sawit. Dua sektor ini erat berkaitan dengan petani. Pasalnya, keduanya sama-sama mengandalkan perkebunan sebagai sumber bahan baku produksi.
Di kedua industri tersebut, Royal Golden Eagle memiliki dua unit bisnis, yakni APRIL dan Asian Agri. Kedua unit bisnis ini juga sama-sama menjalin kemitraan dengan petani. Mereka bahkan memposisikan para petani sebagai bagian integral dalam operasional perusahaan.
Hal itu punya tujuan mendasar. Pendirinya, Sukanto Tanoto, mengarahkan agar perusahaannya memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat. Kemitraan dengan para petani yang saling menguntungkan merupakan salah satu perwujudan nyata.
Seperti apa kemitraan bersama petani yang dijalankan grup yang lahir dengan nama Raja Garuda Mas ini? Inilah beberapa langkah yang mereka lakukan.
APRIL
APRIL merupakan unit bisnis dari Royal Golden Eagle yang bergerak di industri pulp dan kertas. Posisi mereka di industrinya sangat sentral. APRIL merupakan salah satu produsen terbesar di dunia.
Setiap tahun, APRIL mampu memproduksi pulp sebanyak 2,8 juta ton. Itu masih ditambah dengan produksi kertas sebesar 1,15 juta ton.
Untuk mendapatkan bahan baku, unit bisnis RGE ini mengelola perkebunan seluas 476 ribu hektare. Di sana mereka menanam pohon akasia yang kayunya diolah menjadi pulp dan kertas.
Kebijakan itu akhirnya mengantarkan APRIL menjalin kerja sama erat dengan para petani. Pasalnya, pengelolaan perkebunan tidak bisa dijalankan perusahaan seorang diri. Perlu ada mitra yang menjadi partner kerja. Mereka adalah para petani yang menjadi mitra pemasok jangka panjang bagi unit bisnis dari grup yang lahir dengan nama Raja Garuda Mas tersebut.
Terkait hal tersebut, APRIL membentuk kegiatan yang dinamai sebagai Masyarakat Petani Serat. Program ini bertujuan untuk mendorong kerja sama kemitraan dengan pemilik tanah untuk membangun perkebunan Akasia yang nanti akan dikelola sendiri. Untuk menarik hati berbagai pihak agar berpartisipasi, APRIL memberikan beragam bantuan mulai dari pembiayaan, pembibitan dan pemupukan, serta pemeliharaan perkebunan.
Masyarakat Petani Serat telah berjalan dengan baik. Sampai saat itu, ada 28.384 hektare lahan yang telah didedikasikan untuk kegiatan tersebut. Jika diperinci, dana sebesar 1.200 dolar Amerika Serikat diinvestasikan pada setiap hektare tanaman. Berkat itu kegiatan ini pula ada 30-35 kesempatan pekerjaan tercipta untuk setiap 100 hektare tanaman.
Banyak pihak yang menikmati manfaat kemitraan seperti ini. Salah satu contohnya adalah petani asal Kecamatan Benai, Kabupaten Kuansing, bernama Andrisman. Ia merupakan mitra petani binaan unit operasional APRIL, PT Riau Andalan Pulp & Paper (RAPP) untuk masyarakat tempatan.
Mulanya Andrisman adalah petani biasa. Namun, sejak menjadi mitra binaan RAPP, ia berkembang pesat, Andrisman mampu menjadikan sekitar 180 orang petani mandiri, profesional, dan memproduksi produk berkualitas.
Saat ini, para petani binaan Andrisman tersebar di Kecamatan Cerenti. Mereka menanam akasia yang hasilnya disuplai ke RAPP.
Padahal, dulu Andrisman tidak tahu tentang cara berkebun akasia. Namun, ia mendapat pelajaran tentang penanaman pohon akasia yang baik dari RAPP. Pelajaran yang didapat meliputi pola tanam secara teratur, jarak tanam, serta pembuatan pestisida organik.
Bukan hanya itu, Andrisman mengaku memperoleh dukungan dalam pembiayaan bibit. Ia bisa mengangsur pembayaran kepada RAPP setelah melakukan panen. Ini dia akui sangat memudahkannya.
Berkat itu, produktivitas perkebunan Andrisman meningkat. Ditaksir para petani mitra binaan RAPP seperti dirinya bisa mengangkat hasil produksi antara tiga sampai empat kali lipat dibanding petani tradisional.
Namun, ada satu hal lain yang dianggap Andrisman lebih berharga dari apa pun. Melalui kemitraan dengan unit bisnis dari grup yang lahir dengan nama Raja Garuda Mas tersebut, ia jadi tahu soal budaya kerja.
Ini yang diakuinya sangat mendukung produktivitas. Pasalnya, Andrisman jadi paham tentang disiplin dalam bekerja dan cara mengatur waktu dengan baik untuk merawat setiap tanamannya. Hal ini akhirnya mampu mengangkat hasil perkebunannya.
Dengan peningkatan hasil perkebunan, otomatis perekonomian Andrisman membaik. Bahkan, ia mampu membuka lapangan kerja bagi pihak lain.
“Tadinya saya ini hanya seorang petani biasa. Dengan program mitra binaan PT RAPP ini hidup saya berubah. Saat ini, omzet saya sudah miliaran karena bisa mensuplai ratusan tenaga kerja petani akasia ke RAPP,” kata Andrisman. “Saya akui, ini semua berkat bantuan dari RAPP yang memberikan berbagai macam pelatihan kepada kami. Saya harap RAPP menularkan ini semua kepada masyarakat lainnya.”
Kisah Andrisman menjadi bukti bahwa kemitraan APRIL dengan petani memberi manfaat besar. Kedua belah pihak sama-sama meraih keuntungan dari kerja sama tersebut.
Asian Agri
Asian Agri adalah salah satu unit bisnis dari RGE yang bergerak di sektor kelapa sawit. Mereka mampu memproduksi satu juta ton crude palm oil per tahun. Hal itu membuat mereka dipandang sebagai pemain penting di industri kelapa sawit di Asia.
Bagi Asian Agri, kemitraan dengan petani menjadi bagian dari operasional perusahaan sehari-hari. Sejak dulu, mereka sudah bermitra dengan para petani. Ada dua konsep kemitraan yang dijalankan oleh unit bisnis Royal Golden Eagle ini. Pertama, mereka bekerja sama dalam konsep plasma inti. Terkait ini, Asian Agri bahkan menjadi salah satu pelopornya di Indonesia dengan menggulirkan program PIR-Trans pada 1987.
Sedangkan bentuk kemitraan kedua ialah antara perusahaan dan petani swadaya. Asian Agri tengah menggencarkan model ini. Mereka berharap kerja sama yang dijalankan bisa mencakup lahan seluas 40 ribu hektare pada 2018 nanti.
Banyak petani yang merasakan manfaat kerja sama ini. Salah satunya adalah Antonius Tulus yang berasal dari Riau. Dulu ia bekerja sebagai karyawan Asian Agri. Namun, sejak 2004, ia memutuskan untuk ke luar dan meniti karier sebagai petani.
Tulus memulainya dengan membeli satu kavling tanah kelapa sawit berukuran dua hektare. Ia mendapatkan modal dengan meminjam dari bank sebesar Rp75 ribu. Sejak saat itu, ia resmi menjadi petani kelapa sawit.
Tahu ada kemitraan dengan Asian Agri, Tulus segera mendaftar. Berkat itu, ia memperoleh pelatihan mulai dari penanaman hingga perawatan tanaman kelapa sawit agar dapat mengelola kebun dengan baik. Bukan hanya itu, unit bisnis RGE tersebut juga memberi pemahaman tentang pemilihan bibit unggul, pemakaian pupuk organik, bantuan dana dari bank dan sertifikasi seperti RSPO.
Hal itu membuat produktivitas hasil perkebunannya tinggi. Tidak aneh kalau akhirnya perekonomiannya membaik. Tulus mampu membiayai anaknya bersekolah hingga akhirnya dipercaya sebagai Ketua KUD Bina Usaha Baru di Kecamatan Ukui.
Semua ini membuat Tulus berterima kasih kepada Asian Agri. Ia mengatakan, “Hubungan kami ini bukan sekadar mitra, melainkan sebuah keluarga.”
Tulus merupakan bukti bahwa kemitraan yang dijalankan Asian Agri bermanfaat bagi petani. Mereka berkembang seiring kemajuan perusahaan.
Inilah contoh nyata kemitraan RGE dengan para petani. Grup yang lahir dengan nama Raja Garuda Mas itu mampu mengajak petani berkembang bersama mereka.
SEO Specialist, Ahli Optimasi SEO | Koi Expert, Professional Consultant, Ponds Bulder |
Credit, Banking and Finance