Ratna Sarumpaet dianiaya. Begitulah isu yang merebak pagi ini di grup WA saya. Kabar burung tersebut menyebutkan bahwa tadi malam telah terjadi pengeroyokan terhadap Ratna Sarumpaet yang dilakukan oleh beberapaorang di dalam sebuah mobil. Bahkan dalam pesan berantai pada WA tersebut juga menampilkan gambar seorang perempuan dalam kondisi babak belur di bagian wajahnya yang amat mirip dengan Ratna Sarumpaet.
Kabar ini sontak membuat saya bertanya-tanya, benarkah demikian yang terjadi ataukah hanya sebatas foto orang yang sepintas mirip dengan Ratna Sarumpaet?
Kabar yang belum jelas kepastiannya ini menyebutkan bahwa Ratna kini sedang dalam perawatan di sebuah rumah sakit, namun ybs. memillih bungkam karena merasa sangat trauma atas kejadian yang baru saja dialaminya.
Di jejaring grup WA juga telah beredar luas foto yang memperlihatkan wajah perempuan di ruang perawatan di sebuah rumah sakit, yang mengenakan baju pasien dengan rambut terikat ke belakang, dengan wajahnya lebab dan ada beberapa jahitan di sekitar mata, menunjukkan bahwa Ratna telah menjadi korban penganiayaan berat.
Hingga saat ini belum bisa ipastikan kebenaran berita tersebut, dan sedang dilakukan penelusuran oleh keluarga Ratna Sarumpaet. Namun ada seorang sahabat dekat Ratna Sarumpaet yang membenarkan kejadian itu.
Sebagaimana diketahui, Ratna Sarumpaet dikenal sebahai sosok perempuan yang sangat kritis, vokal dan berani menentang kebijakan pemerintah. Sebagai Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) yang dimulai sejak karirnya dari dunia drama dan teater. Ia penulis, pemain, sekaligus drama director. Temanya banyak mengambil tentang HAM, perlawanan terhadap kekerasan pada wanita, dan kebebasan berpendapat dan berkumpul.
Tak heran, Ratna Sarumpaet terlihat banyak di tengah demonstran untuk menuntut koruptor, penggusur rakyat, penindas, dan penguasa yang sewenang-wenang. Pada 10 Maret 1998, seperti ditulis dalam akun facebooknya, ia memimpin demonstrasi Alinasi Pro Demokrasi untuk menuntut Presiden Soeharto mundur. Bahkan yang terbaru, pada 2016, ia juga sering mendemo Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok karena dianggap sering menggusur pemukiman warga.
Sikap lantang dan berani perempuan kelahiran Tarutung, Tapanuli Utara, 16 Juli 1966 ini tak jauh dari orangtuanya yang dikenal sebagai politikus dan aktivis. Ratna adalah anak kelima dari sembilan bersaudara dari pasangan Saladin Sarumpaet dan Yulia Hutabarat. Ratna menikah dengan Achmad Fahmy Alhady dan bercerai. Dari pernikahan mereka dikaruniai empat orang anak.
Ratna Sarumpaet dibesarkan di keluarga Batak Kristen. Lahir dari darah keturunan keluarga Batak, membuat Ratna kecil sangat dididik untuk menjadi disiplin apalagi sang ayah adalah mantan pejuang kemerdekaan dan mantan Menteri Pertanian pada masa Pemerintahan Revolusi Indonesia.
Ayahnya merupakan aktivis politik yang pernah mendirikan sebuah partai bernama Partai Kristen Indonesia (Parkindo). Sang ibu juga pernah memimpin gerakan perempuan Tapanuli yang memperjuangkan kedudukan perempuan dalam tubuh Huria Kristen Batak Protestan(HKBP) yang kebanyakan adalah kaum lelaki. Ibunya adalah sahabat karib dari Mohammad Hatta dan pernah menjabat ketua Persatuan Wanita Kristen Indonesia.
Ratna kecil menganyam pendidikan SD Negeri di daerah Tarutung, setelah lulus SD, ia dan keluarga besar pindah ke Yogyakarta, dan di sana lah Ratna meneruskan pendidikannya di SMP BOPKRI. Setelah 3 tahun menetap di Yogyakarta, Ratna dan keluarga pindah untuk kedua kalinya ke Jakarta dan melanjutkan SMA nya di PSKD I.
Lulus SMA, Ratna yang berumur 19 tahun masuk ke Universitas Kristen Indonesia (UKI) mengambil jurusan arsitek, namun ia memutuskan untuk berhenti kuliah dan memutuskan untuk belajar dunia seni dan teater di Taman Ismail Marzuki (TIM).
Dia memilih dunia seni dan teater karena masih ada kaitannya dengan prinsip orang tuanya agar melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk masyarakat. Kalau ayahnya melalui partai paolitik, Ratna melalui dunia teater.
Ratna muda nekat dan belajar teater secara otodidak dari WS Rendra, debut pertama pementasannya berjudul Rubayat Umar Khayam dan sejak itu banyak hasil karyanya dipentaskan di atas panggung teater.
Berawal dari naskahnya “Marsinah” yang ia tulis berdasarkan peristiwa terbunuhnya buruh wanita saat itu, ia turut mendapatkan apresiasi dan penghargaan dari berbagai pihak dan dikenal sebagai seorang pejuang Hak Asasi Manusia. Selain berkecimpung di dunia teater, Ratna juga melibakan di dunia perjuangan HAM. Dalam perjalanan hidupnya, dia memeluk agama Islam.
Ia banyak menangani kasus yang ia kerjakan secara suka rela untuk membantu mereka yang menuntut kebenaran yang ada. Tak heran bila Ratna sering ditemukan di antara kerumunan demonstran untuk menuntut kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat. Atas kepeduliannya terhadap orang-orang tertindas, beragam penghargaan ia raih dari dunia internasional.
SEO Specialist, Ahli Optimasi SEO | Koi Expert, Professional Consultant, Ponds Bulder |
Credit, Banking and Finance